Rabu, 02 April 2008

Lapindo, Masyarakat Muak Denganmu Kini!!

Atraksi yang hebat di tahun 2006 silam. Ledakan alam nan menjadikan Indonesia gempar. Tak heran bahwa Indonesia waktu itu telah kehilangan berbagai keperawanan yang ada di alam. Yaps. Setelah bencana gempa bumi yang terjadi di Yogya tahun 2005 dan Tsunami Aceh tahun yang sama, kini tinggal Lapindo yang belum ada akhirnya. Lapindo adalah sebuah luapan lumpur alam yang berada di perut bumi yang entah itu sengaja atau tidak keluar menyumbul ke permukaan. Kini telah hampir 21 bulan semenjak kemunculannya, namun belum ada hasil yang maksimal bagi penanganan yang dilakukan.

Untuk penanganan luapan tersebut, pemerintah menyerahkan kekuasaan kepada sebuah lembaga penanganan lumpur lapindo (BPLS). Namun, hasil yang diberikan belum banyak mengingat permasalahanpun begiru besar. Masalah lumpur ini sebetulnmya bukan hanya datang dari lembaga bentukan pemerintah tersebut tapi juga pada ganti rugi dan kesejahteraan rakyat yang di tumpang tindihkan baik itu oleh Lapindo selaku pengebor dan pemerintah.

Yang lebih bisa kita maklumi adalah kinerja badan penanganan lumpur lapindo karena telah melakukan yang terbaik diantaranya membuat bendungan agar meminimalisir dampak buruk yang akan terjadi. Namun, sepertinya kita tidak dapat mentorerir apa yang telah dilakukan PT Lapindo Brantas kepada masyarakat luas yang menyebabkan bencana ini terjadi.

Hal tersebut yang tidak sepantasnya kita maafkan, bencana telah terjadi dan apa reaksi dari Lapindo kini? Sebuah pengalihan pertanggungjawaban. Bangsat!! Hingga kini dampak yang ditimbulkan oleh Lapindo sangat besar bagi masyarakat. Banyak penduduk yang kehilangan tempat untuk berteduh bahkan kehilangan mata pencaharian mereka. Dimana lapindo bergerak? Hanya secuil yang ia lakukan. Setelah peta dampak luapan lumpur yang dituangkan dalam Perpres No. 14/2007, dimana korban yang diberikan tanggungan uang hanyalah desa yang tergenang pada tahun 2007. lalu muncul sebuah persoalan kini, dimana luapan semakin banyak dan hampir menenggelamkan desa yang lain, dan desa lain yang akan menunggu untuk tenggelam.

Peta perluasan dampak lumpur Lapindo harus diselesaikan. Karena hal tersebut akan membantu korban yang lain. Peta yang baru akan mencangkup tiga desa yang saat ini terkena dampak lumpur. Tiga desa tersebut adalah Mindi, Kedungcangkring, dan Besuki. Apakah semuanya dibantu langsung oleh lapindo Brantas? Ternyata kenyatannya tidak. Semua ganti rugi yang diberikan adalah milik negara, milik uang rakyat.

Dimana lapindo kini? Yang katanya akan bertanggung jawab terhadap kondisi yang hancur berantakan. Mana sebuah tanggapan postif? Sementara rakyat memohon haknya, Lapindo mulai lari dari masalah. Mungkin benar bahwa pemerintah kita terlalu baik kepada para konglomerat, sementara bagi rakyat miskin baik itu terdengar bull shit!!pernyataan kini yang harusnya muncul adalah rakyat telah muak denganmu, Lapindo Brantas!!!

Saya yakin tulisan ini sangat keras terutama bagi Lapindo. Tapi saya berhak untuk bertindak setidaknya untuk sebuah alasan. Sebuah perbuatan yang riil. Tanda tanya akan muncul kemudian, dimana kita para rakyat memegang peranan? Saya rasa hanya diam. Terima kasih Tuhan, doaku untuk para orang tua yang telah rela berbagi tempat tidur dengan orang tua lain, untuk para Ibu yang rela tidak makan untuk anaknya, untuk bapak yang rela berjuang meskipun tanggapan yang disampaikan tidak terdengar sampai atasan, untuk para anak-anak yang telah kehilangan dunia yang indah, dunia hiburan dan pendidikan. Terutama untuk para pejabat yang mungkin sedang kebanjiran order-an. Semoga penderitaan ini bermanfaat.


Kaki gunung Slamet,
4 Maret 2008
Didi Rasdi

Tidak ada komentar: